03 May 2009

Klenteng Sam Poo Kong SEMARANG

Kuil Sam Poo Kong, Semarang



Kali ini kita ke Klenteng SAM POO KONG (klenteng nya Cheng Ho)

Berpose di depan pintu masuk kuil
Lokasinya di daerah SIMONGAN - SEMARANG. untuk menuju ke sana dari rumah kakaknya dolyn hanya perlu sekali naik bus kopaja bayar rp. 2.000 / orang.

Bersama Keponakan tercinta

Biaya masuknya ga ada. Kita bisa masuk dan menikmati keindahan bangunan kuil yang dominan berwarna merah itu dengan bebas. Kecuali ada tempat yang memang khusus untuk berdoa, sebaiknya kita menghindari masuk ke sana biar tidak mengganggu orang2 yang lagi berdoa. ada jam2 khusus kalau kita mau masuk ke dalam kuil tempat berdoa, yaitu sekitar jam 11 pagi.

Buat kami yang datang hanya untuk menikmati keindahan bangunan sejarah kuil tidak begitu penting. Di dalam kuil ada guide yang akan menawarkan penjelasan kepada tamu. Bayarannya sukarela. Tapi kalau teman2 tipe yang tidak butuh GUIDE, tidak apa2 menolak jasa mereka (google aja sonoh ^^ seperti yang dilakukan kita-kita)

Di depan Patung Laksamana Cheng Ho (sosok patung berhidung mancung)

Berikut sedikit info sejarah KUIL SAM POO KONG:

Konon dulunya tempat ini adalah tempat persinggahan laksamana Cheng Ho (seorang panglima perang tiongkok kelahiran Persia yang beragama Islam).
Awal abad ke-15 terbentuk sebuah koloni dari komunitas muslin tionghoa dan probumi di muara KALIGARAN.

Saat itu garis pantai Semarang masih terletak di kaki perbukitan Simongan dan pantai Semarang merupakan pelabuhan penting yang banyak disinggahi para pedagang asing yang berasal dari Melayu, Cina dan Belanda.

Komunitas Cina yang datang ke Semarang dipimpin oleh Sam Poo Tay Djien atau dikenal dengan nama lain Zheng He (a.k.a. CHENG HO), seorang taykam Kaisar Cheng Zu ( dari Dinasti Ming) penganut agama Isalam yang diutus untuk mencari mustika di daerah utara. Armada Zheng He adalah armada Cina pertama yang mendarat di Semarang pada tahun 1401 AD.

Pada saat Zheng He kembali ke negaranya, goa peninggalan Zheng He tertimbun tanag longsor pada tahun 1704 dan sebagai penghormatan masyarakat setempat menggali goa baru serta membangun altar yang dilengkapi dengan patung Zheng He dan pengawalnya. Bangunan ini merupakan satu-satunya bangunan yang ada didunia sebagai tempat yang dikeramatkan orang-orang Cina. Di dalam bangunan ini akan kita jumpai hal-hal unik yang jarang terdapat di kuil Cina lainnya.

Sebuah goa batu yang didalamnya terdapat suatu altar Sampoo yang dipenuhi dengan lilin menyala. Goa tersebut digunakan sebagai tempat meramal nasib yaitu dengan menggunakan tongkat-tongkat kecil yang dilemparkan ke lantai.

Sepeninggal Zheng He daerah Simongan mulai ramai ditempati oleh pendatang Cina yang merantau ke Semarang dan lambat laun berkembang menjadi perkampungan. Dalam perkembangannya kawasan Simongan tumbuh menjadi perkampungan Cina pertama di Semarang dan menjadi ramai dengan penduduk yang berprofesi sebagai petani dan pedagang.

Pemberontakan pada tahun 1742 yang dilakukan oleh orang Cina menyebabkan orang-orang Cina yang berada dikawasan Gedung Batu dipindahkan ke pecinan (Kawasan Gang Baru sekarang). Setelah pemindahan tersebut kawasan Simongan tumbuh menjadi daerah pemukiman yang dalam perkambangannya menjadi daerah pemukiman dan industri. Peristiwa pemindahan tersebut membuat tradisi liturgi yang ada di kelenteng pecinan sama dengan tradisi yang ada di klenteng Gedung Batu atau dikenal dengan nama lain Klenteng Sam Poo Tay Djien atau Klenteng Sam Poo Kong.

Beberapa tempat pemujaan yang sering dikunjungi oleh para peziarah di Klenteng Sam Poo Kong Gedung Batu adalah:

1. Tempat Pemujaan Dewa Bumi atau Fu De Zheng Shen (Hok Tek Cheng Sin Hokkian) berupa arca.

2. Tempat Pemujaan Dewa Bumi disebut Klenteng Thao Tee Kong merupakan tempat pemujaan untuk mengucapkan rasa terima kasih atau memohon berkah dan keselamatan hidup kepada Dewa yang menguasai bumi.

3. Tempat Pemujaan Kyai Juru Mudi berupa makam Juru Mudi kapal yang ditempangi Laksamana Zheng He.

4. Tempat Pemujaan Sam Poo Kong (Sam Poo Tay Djien) berupa arca. Tempat Pemujaan Sam Poo Kong merupakan pusat seluruh kegiatan dalam komplek Gedung Batu digunakan untuk bersembayang memohon doa restu keselamatan, kesehatan, serta mengenang jasa Sam Poo Tay Djien dengan mengadakan sembayangan. Di tempat ini ada goa yang mempunyai sumber air yang sering digunakan untuk mengobati keluarga yang sakit.

5. Tempat Pemujaan Kyai Jangkar. Di ruang ini ada 3 tempat pemujaan yang berdiri sendiri-sendiri :

  • Tempat Sembayang arwah Ho Ping. Digunakan untuk menyembah arwah yang tidak bersanak keluarga yang mungkin belum memperolah tempat di alam baka.
  • Tempat Pemujaan Nabi Khong Tju. Digunakan untuk mengenang dan menghormati jasa Nabi Khong Tju (peletak dasar ajaran moral Cina)
  • Tempat Pemujaan Mbah Kyai Jangkar. Digunakan sebagai alat konsentrasi dalam sembayang.
  • Tempat Pemujaan Kyai Cundrik Bumi. Tempat ini merupakan tempat penyimpanan pusaka atau senjata pada jaman Sam Poo Kong.
  • Tempat Pemujaan Kyai & Nyi Tumpeng. Tempat ini berupa prasasti dalam bentuk makam yang digunakan untuk bersemedi atau memohon berkah serta menempa diri. Tata cara bersembayang yaitu sebelum sembayang harus menyalakan lidi dupa (Hip) untuk memohon perkenan dari Tee Khong atau Tuhan.

4 comments:

pank said...

kmaren saia jga k sana loh bun.. hweheh

Anonymous said...

anjramibabb... kowe kok iso menceritakan kembali panjang lebar bgitu siiii... Gw jg mawu bisa crita ewer2.. Tapi kok kemalasan slalu mendera :(

Anonymous said...

Tessa,

Saya memang bukan beragama Kong Hu Cu, saya seorang Kristiani. Tapi saya dulu sering ke sana, waktu belum pindah agama. Saya coba koreksi beberapa hal ya? misalnya:
1. Tongkat kecil yang untuk meramal itu namanya Jiamsi.
2. Dupa yang ada lidinya itu bukan Hip tapi Hio. Ada yang wangi ada yang tidak terlalu wangi.
Tapi saya seneng lho baca Blog kamu...asli lho...
Kamu sempet mampir ke Pecinan nggak?
Saya lahir di salah satu gang di sana, yaitu: Gang Baru.
Belum lama ini saya ke sana, buat bernostalgia.
Kesan saya cuman 1 buat kamu..."Ciamik"= artinya bagus...

Salam,
Bambang Kristanto

tessa said...

Hello Pak Bambang. Terima kasih untuk koreksinya. ayo kita dukung wisata lokal. #cintaindonesia