26 November 2008

Master of Efficiency dikalahkan BIROKRASI

Aq sebagai kaum muda paling sebel sama hal2 yang berbau birokrasi.

Sesuatu yang sebenarnya mudah kok malah jadi bribet.

Ambil contoh kantor kependudukan (catatan sipil) di Bandung.

Waktu mengurus pernikahan, karena budget yg cupet, kita memutuskan untuk datang sendiri ke sana. Persyaratan untuk mencatatkan pernikahan ternyata memang super panjang, misalnya: KTP laki, KTP perempuan, KTP orang tua, KTP saksi, KK ortu, surat ijin menikah RT dan RW, Akta kelahiran, surat permandian, akta menikah dari gereja, akta menikah ortu, dan pencatatan menikah ortu, dll dll dll dll. Oh iya plus satu bibit pohon penunjang kota (yg kecil) dan satu anggrek (buat apa aq ga ngerti, mustinya dua bibit pohon penunjang).

Semua persyaratan sepertinya sudah lengkap. Tapi problem not just over yet. Aq yg lahir besar di indo (di Soroako Sulsel) dianggap WNI Keturunan. Mereka minta surat ganti nama. Aq ga pernah ganti nama, dari lahir sampe skrg namaku ya yg tertera di akte kelahiran.

Oke, so masalahnya di sini (sambil nunjukin akte kawin ortu gw), pihak perempuan ada staatblad 'nomor samting-samting'. indikasi warga negara tionghoa, harus ada surat ganti nama, kata petugas di catatan sipil.

At home, ortu gw bilang mereka sudah indo dari lahir. kalau mau dirunut artinya dari generasi nenek kakek gw, which is datanya ga ada coz indo belum merdeka waktu itu plus pas bengkulu gempa (they lived there) semua dokumen beserta rumah sudah habis terkubur tanah....

This is the time when i got panicked. i was very angry. keadaan gw sangat dipersulit. gw bener2 kesel. Gw balik ke sana, ngobrol soal 'ius sanguinis', bahwa apabila pihak perempuan non indo menikah dengan pria WNI asli (suami dari suku Batak, marganya S***MPUL), maka secara langsung pihak wanita dan anak2 keturunan mereka akan menjadi WNI.

Satu sisi yang lain adalah masalah biaya. kenapa kok biaya yang ditagihkan berbeda dengan yg tertulis ya?

Untuk biaya administrasi di kantor kami, kata ibu petugas. Dalam hati gw, biaya admin lumayan gede (150rb-an lebih).

Baru saja gw mau minta detail biaya admin nya untuk apa saja, eh gw kesamber. Sepersekian detik (sembari ngobrol), gw sadar satu hal... saat ini gw sedang dalam cengkeraman monster yang namanya BIROKRASI, seperti seekor serigala tua yang masih punya banyak gigi tajem (cukup untuk merobek2 kita yg ga bisa melawan).

30 mnt diskusi tanpa akhir bersama catatan sipil, akhirnya gw menyerah. kalau mau pernikahan gw dicatatkan dan di sahkan secara indonesia, gw harus ikut permainan mereka. . Sang serigala menang, dan sepertinya selalu menang.

Gw dan suami sudah cape bolak balik catatan sipil, menelepon kerabat, minta tolong carikan dokumen sana sini.

Besoknya kita kembali ke sana, menyerahkan uang (yg lebih besar dari perkiraan), dan pulang.
Sekarang tinggal tunggu tanggal sidang pencatatan pernikahan gw dan suami secara sipil.

Indonesia oh indonesia.... pemimpinnya boleh adil dan bijak, tapi staff nya (apalagi yg dibawah2) masih tidak bisa meninggalkan kebiasaan lama.

Kaum muda jaman sekarang, AWASS kalo kalian ketularan.

2 comments:

li'l miss G said...

kaum muda tuh gue juga ya.. kan gue negeri.. iya tuh. birokrasi sucks. tapi kalo ada uang, semua beres.

Anonymous said...

Ha..ha..ha...
Dua orang sudah kena keselnya birokrasi....
Cepekkk dechhh...
Dimane-mane tuh masih gt Mrs.
Mau diubah juga tetep doyan duit yg ngurusin... wikikikik...
Belum lagi ntar gw nih sama tance iin... adem-adem dulu deh... hi..hi..hi...